Memasuki tahun baru, orang-orang berlomba-lomba membuat resolusi. Mau punya pacar, nikah, beli ini-itu.
Jika resolusi itu gagal terwujud, bikin lagi. Begitu terus tiap kali menjelang tahun baru. Sayangnya, ada yang tertinggal dari rutinitas bikin resolusi itu: evaluasi.
Menghadapi kegagalan, mestinya dilakukan evaluasi untuk menelisik apa penyebabnya. Jika resolusi tahun baru gagal, pastinya ada yang gak beres selama setahun waktu berjalan.
Inilah yang sering dilupakan. Apa gunanya bikin resolusi yang sama tiap tahun jika terus-terusan gagal mewujudkannya?
Kalau kamu termasuk yang sering menuai kegagalan dalam resolusi tahun baru, mungkin belum pernah melakukan evaluasi. Atau mungkin sudah ada, tapi belum menyeluruh.
Berikut ini ada kisi-kisi hal-hal yang bisa membuat resolusi tahun baru gagal terus:
1. Terlampau optimistis
Bersikap optimistis itu perlu, tapi bukan berlebihan. Optimisme harus dibarengi dengan sikap realistis. Masalahnya, banyak yang bersikap sebaliknya sehingga target yang dipatok ketinggian.
Walhasil, mau berusaha sekuat apa pun gak bakal mampu mewujudkannya. Mau beli rumah dengan gaji di bawah 2 digit, misalnya. Susah kalau mau beli cash. Kredit adalah pilihan realistis karena bisa nabung untuk uang muka dengan gaji segitu.
Resolusi tahun baru mestinya berlaku untuk setahun ke depan. Namun bisa juga kalau mau bikin resolusi jangka panjang, misalnya untuk 5 tahun mendatang. Target resolusi kita sendiri yang bisa menentukan sesuai dengan kapasitas masing-masing.
2. Terburu nafsu
Mengejar target tidak mengharuskan kita untuk bertindak terburu-buru. Mundur dua langkah kadang diperlukan untuk bisa melompat jauh ke depan. Karena itu, gak apa-apa jika di tengah jalan kita dihantam kegagalan.
Justru kegagalan itu mesti dijadikan momentum untuk bangkit dan berusaha lebih baik lagi. Terburu nafsu bisa membuat kita tergoda menggunakan jalan pintas, jalan yang terlarang.
Mau buka usaha, misalnya, pakai calo buat urus izin karena merasa birokrasi yang kompleks. Padahal belum pernah mencoba urus sendiri. Saat ini sudah ada badan izin terpadu untuk mengurus izin dalam satu atap.
Sudah ada juga tim pemberantas pungli. Jadi, gak ada alasan untuk gak mencoba mengurus izin sendiri. Toh, jika urus sendiri duit yang keluar lebih sedikit, sisanya bisa dipakai buat nambah modal.
4. Kepedean
Mirip dengan optimisme tingkat tinggi yang bisa bikin lupa diri, terlalu percaya diri alias kepedean juga berbahaya. Saat menghadapi masalah, kadang kita memerlukan bantuan orang lain.
Termasuk dalam resolusi tahun baru. Kita harus mengukur masalah itu, kira-kira bisa gak diselesaikan sendiri. Kalau merasa gak bisa, jangan maksa.
Lagi pula, membangun komunikasi dengan orang lain bisa menguatkan relasi sosial kita. Jaringan sosial jelas berguna buat karir ke depan. Bahkan punya banyak teman di Facebook akan sangat bermanfaat untuk memasarkan usaha jika kita berstatus pengusaha.
4. Gak pede
Di sisi lain, gak percaya pada diri sendiri pun merugikan dalam upaya mewujudkan resolusi tahun baru. Bila gak pede, mau melakukan apa pun pasti setengah-setengah. Atau malah gak berani bertindak.
Makanya, tanamkan rasa percaya diri itu dalam-dalam. Jika bukan kita sendiri, siapa yang mau meraih kesuksesan lewat resolusi yang dicanangkan?
Pengusaha sekelas Steve Jobs pun pernah gagal kok. Ngapain bikin resolusi kalau takut gagal?
5. Omdo
Kata Cak Lontong, mikir itu penting. Tapi bukan berarti mikir terus-terusan. Cari inspirasi, tergugah, tapi lalu pasif. Cari motivasi, tergerak, namun sesudah itu masih gitu-gitu aja karena terlalu banyak pertimbangan.
Mikir beda dengan omdo alias omong doang. Setelah mendapat pengetahuan atau inspirasi, segera terapkan dalam upaya menggapai resolusi.
Termasuk setelah baca tips ini. Kecuali kamu punya Doraemon, ya, ingin ini-itu banyak sekali bisa dikabulkan dengan kantong ajaib. Memangnya situ Nobita?
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.